Surabaya, areknews – Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-724 menjadi momentum untuk merefleksi laju pembangunan. Selama ini, pembangunan kota pahlawan masih belum merata, pembangunan masih tersentral di pusat kota. Sementara, daerah pinggiran kota seperti Surabaya utara belum tersentuh, bahkan nyaris lepas dari perhatian pemerintah.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Buchori Imron mengaku, keberadaan Surabaya utara harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Sebab, daerah itu memiliki potensi wisata yang besar. Sebut saja, wisata religi ampel, pasar pabean yang memiliki banyak cagar budaya.
“Kalau Kalimas atau wisata religi ampel dibangun museum misal museum al-qur’an maka itu akan meningkatkan kunjungan wisata, dan itu bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya, Kamis (11/5).
Ketua DPC PPP Kota Surabaya ini memandang, Pemkot Surabaya selama ini lebih senang membangun taman-taman kota dari pada memperhatikan sektor pariwisata. Padahal, keberadaan pariwisata di kota pahlawan dinilai penting. Selain membuka lapangan pekerjaan, juga akan meningkatkan perekonomian di Surabaya.
“Oke taman, masyarakat bangga, karena itu muka. Tapi apa artinya muka kalau belakangnya tidak baik. Orang Surabaya banyak yang bangga dengan taman. Tapi lebih dari itu masyarakat harus punya penghasilan. Untuk itu, harus ada lapangan kerja. Dan yang paling banyak menciptakan lapangan kerja ya pariwisata,” terangnya.
Pria keturunan Madura ini menilai, membangun sektor wisata harus memperhatikan ouput. Hal itu bertujuan investasi yang dikeluarkan oleh Pemkot tidak sia-sia. Dia menyebut pembangunan Jembatan Surabaya di Kenjeran tidak berdampak signifikan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi.
“Jembatan Surabaya kalau hanya kayak gitu ndak mendatangkan apa-apa, itu uang sia-sia, apa yang dihasilkan untuk pemkot, inputnya tidak ada, padahal biayanya miliaran, jadi pembangunan wisata itu jangan asal,” katanya.
Buchori meminta masyarakat juga ikut membantu membangun kota Surabaya. Sinergi antara, Wali Kota Surabaya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sangat dibutuhkan demi membangun Kota Pahlawan yang maju dan warganya bahagia.
“Maju kotanya, bahagia warganya. Jangan hanya maju tapi sebagian masyarakatnya ngenes. Utamanya pinggiran utara, karena ngenes kabeh. Bu Risma paling bagus, tanpa didukung oleh yang lain tidak bisa. Semua warga juga memberikan masukan. Pejabat yang berwenang mendengarkan masukan dari masyarakat,” tukasnya.
Sementara itu, Vinsensius memiliki pandangan berbeda dalam momentum hari jadi kota pahlawan. Dia berharap Pemkot Surabaya harus menjadi leader untuk merawat kebhinekaan dan pluralisme.
Awey, sapaannya, mengatakan, Parade Budaya dan Bunga yang diadakan oleh Pemkot Surabaya pada Minggu (7/5) memiliki makna yang cukup dalam. “Dengan ditandai dengan aneka bunga warna-warni saat Parade Budaya dan Bunga yang digelar Pemkot Surabaya dalam rangka HUT ke-724 Surabaya tentunya semua itu harus dijadikan satu kesatuan, tidak boleh dipisahkan,” katanya.
Politisi Partai Nasdem ini menilai, Parade Budaya dan Bunga ini adalah simbol aneka ragam budaya, suku dan agama yang ada di Surabaya. Untuk itu, Pemkot Surabaya harus mengajak semua komponen masyarakat untuk merawat kebhinekaan.
“Tidak boleh dikedepankan politik identitas, pemkot harus mengedepankan politik kebangsaan. Dengan warna-warni, Surabaya jadi indah,” tandas anggota Fraksi Handap DPRD Surabaya ini.xco