Sidoarjo, areknews – Sekelompok anak punk di Sidoarjo, khususnya yang terkumpul dalam wadah Kampung Seni Pondok Mutiara Sidoarjo telah membuka perpustakaan. Didasari niat untuk melepas kesan negatif terhadap anak punk, mereka rela membeli buku menggunakan uang tabungannya sendiri. Ya, mereka tak memungkiri bahwa dandanan mereka adalah punk. Punk sendiri adalah gaya subkultur yang dikembangkan di London.
Dengan memposisikan sebagai gerakan anti kemapanan, anak muda ini menolak keras bahwa Punk identik dengan anak jalanan. Ada orang minat bacanya tinggi, tapi kurang bisa menjangkau buku. Kami di sini menghadirkan buku-buku filsafat, puisi, teenlit pop, sampai buku anak-anak,” ujar anak punk yang akrab di sapa Dinyo (17/12 ).
Indonesia memang mengidap penyakit literasi rendah. Hasil studi World’s Most Literate Nations yang diterbitkan Central Connecticut State University menunjukkan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara –kedua dari peringkat terbawah setelah Bostwana. Menyedihkan, jika itu benar. Sementara para pendiri bangsa Indonesia ialah para penggila buku yang melahap berbagai jenis buku.
Saat ini perpustakaan yang dibuat oleh anak”punk ini masi sangat membutuhkan bantuan dari uluran tangan para donatur buku, dan intansi terkait seperti perpusda. Kedepanya perpustakaan ini akan dibuka untuk umum dan diharapkan dapat menumbuhkan minat baca pada para generasi muda, utamanya anak jalanan yang cenderung kurang dalam hal pendidikan.jan