Surabaya, areknews – Zhenghe International Peace Foundation (ZIPF) bekerja sama dengan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) akan mengadakan acara The 5Th Zhenghe Internasional Peace Forum di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, 15-17 Juli 2019.
Konferensi bergengsi ini terselenggara atas kerjasama antara Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel, Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Surabaya dan Banyuwangi, Zhenghe International Peace Forum (ZIPF), Ma Chung University, PWNU Jawa Timur, dan PWM Jawa Timur.
Kegiatan ini mengambil tema Indonesia and China: Sharing Values of Religions, Cultures, and Societies sebagai frame utama pembahasan.
Direktur ZIPF Prof Ma mengatakan, forum yang ditujukan sebagai jembatan bagi terwujudnya relasi atau tata hubungan yang baik antara Tiongkok dengan dunia Islam ini sebelumnya terselenggara di Malaysia, Dubai (Uni Emirat Arab), Khazakhstan dan Pakistan.
“Nah, untuk The 5Th Zhenghe Internasional Peace Forum ini kita pilih tempatnya di Jawa Timur, Indonesia,” katanya dalam konferensi pers persiapan acara di UINSA, Jumat (12/7).
Prof Ma menyebutkan, salah satu alasan forum diadakan di Indonesia adalah karena agama Islam di salah satu negara Asia Tenggara ini mampu menampilkan ekspresi keberagamaan yang relatif damai, toleran, dan inklusif.
Sebaliknya, kata dia, fenomena berkebalikan sedang terjadi di dunia Arab. Di mana di dunia Arab hari-hari ini banyak kejadian kontraproduktif bagi terciptanya perdamaian.
“Kita lihat di dunia Arab sedang banyak konflik kepentingan, kekerasan, bahkan perang saudara dan lainnya,” terangnya.
Maka, Prof Ma merasa, The 5Th Zhenghe Internasional Peace Forum penting untuk diadakan di Indonesia untuk sebuah harapan dapat membangung tata hubungan perdamaian dunia yang baik di masa depan.
“Kita ingin ada relasi yang baik antara Tiongkok dengan dunia Islam, terutama antara Muslim Indonesia dan Muslim Tiongkok dalam berbagai aspek. Baik itu agama, budaya, sosial dan lainnya,” tandasnya.
ZIPF ini merupakan kegiatan tahunan rutin yang sudah dilakukan sebelumnya di beberapa negara. Konferensi pertama dilakukan di Malaysia, seterusnya di Dubai, Kazakhtan, kemudian Pakistan.
Maka konferensi internasional ZIPF di Surabaya ini merupakan kegiatan rutin kelima yang dihadiri oleh sebanyak 58 peserta dari dalam dan luar negeri, yaitu USA, Tiongkok, Malaysia, dan India. Para peserta itu akan terbagi dalam dua kelompok sub tema. Kelompok pertama membahas tema Chinese-Indonesian Historical and Cultural Lingkage: From the 15 Century to the 21 Century, sedang kelompok kedua bertema Zhenghe Legacies Southeast Asia: Local Presentations and Representations.
Dua tema tersebut akan dibahas dengan mengeksplorasi berbagai makalah dari peserta konferensi internasional pada hari pertama dan kedua. Sebelumnya, pada pagi tanggal 15 Juli 2019 ZIPF ke-5 ini dibuka secara akademis di Ruang Amphitheatre Twin Tower UIN Sunan Ampel yang dihadiri oleh Rektor dan para pejabat Kementerian Agama RI. Sedianya Rektor dan Prof. Haiyun Ma (Founder ZIPF) akan memberikan sambutan setelah Prof. Akh. Muzakki sebagai Ketua Panitia dan juga Dekan FISIP UINSA menyampaikan laporan kepanitiaan pada hadirin.
Setelah itu, kegiatan diteruskan dengan penyampaikan poin-poin strategis dalam tema Konferensi Internasional. Ada tiga Keynote Speakers pada sesi ini, yaitu Prof. Masdar Hilmy, MA., Ph.D yang juga Rektor UINSA, Prof. Song Xiuju (Central China Normal University), Mark and Laurie Nickless (independent researcher USA).
Forum ini menjadi ajang penyampaian gagasan akademik terkait tema Konferensi Internasional dari para akademisi yang hadir. Forum parallel pada hari pertama ini berakhir pada sore hari.
“Saya ikut bangga dengan terselenggaranya ZIPF ke-5 di UINSA atas upaya dari teman-teman dari FISIP,” ujar Prof. Masdar.xco