,

Pelaku Usaha Mulai Soroti Potensi Pelabuhan dan Pasar Tradisonal

Surabaya, areknews – Sejumlah pelaku usaha menyayangkan banyaknya potensi yang dimiliki Kota Surabaya dinilai belum dimanfaatkan dengan maksimal untuk mendongkrak pendapatan masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh Warsito. Salah satu pengusaha, yang akrab di sapa Cak War ini mengatakan, kota Surabaya yang memiliki pelabuhan terbesar se-kawasan Indonesia Timur dan puluhan pasar tradisional diharapkan mampu memberi pemasukan tambahan guna meningkatkan kesejahteraan hidup.

“Kita punya Pelabuhan Tanjung Perak, Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) dan Terminal Teluk Lamong (TTL). Mereka beroperasi di Surabaya, tetapi kita warga Surabaya baru merasakan manfaat hanya sebagian saja,” ujarnya di Surabaya, Senin (5/8).

Seharusnya, kata dia, Pemkot Surabaya bisa memanfaatkan potensi ini untuk mendongkrak pendapatan asli daerah, sekaligus membuka peluang usaha bagi warganya. Warsito yang juga pengusaha ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) itu menyebut, pantai di Surabaya juga sangat panjang sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekonomi.

Pemkot Surabaya, kata dia, juga bisa berkoordinasi dengan Pelindo III selaku pengelola pelabuhan, agar anggaran Corporate Social Responsilibilty (CSR) bisa diarahkan untuk kesejahteraan rakyatnya. “Wali kota, dengan semua kebijakannya bisa memanfaatkan pesisir pantai untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar,” terangnya.

Selain itu, Warsito juga mempersoalkan keberadaan sekitar 70 lebih pasar tradisional di Kota Surabaya yang belakangan sepi pengunjung. “Pasar merupakan ajang bisnis riil masyarakat. Di situ para pembeli dan penjual saling bertemu,” tambahnya.

Tapi sayangnya, kata dia, perhatian pemkot terhadap puluhan pasar itu dinilai belum optimal. Seperti yang terjadi pada salah satu pasar di Surabaya yakni, Pasar Tunjungan yang lokasinya hanya berseberangan dengan Super Mall Tunjungan Plaza.

Kondisi pasar itu agak suram dan berbanding terbalik dengan Tunjungan Plaza yang dikelola secara profesional oleh pihak swasta. Ironisnya lagi, mayoritas direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya selaku pihak yang bertanggungjawab mengelola puluhan pasar itu, justru harus menjalani proses hukum karena kasus korupsi.

Politisi berlatar belakang pengusaha ini juga menyoroti banyaknya sentra pedagang kaki lima (PKL) yang banyak dikeluhkan para penghuninya. “Coba kita lihat kondisi sentral PKL yang ada di Surabaya. Kalau hitung-hitungan bisnis, masih merugi sehingga berdampak kepada para pedagangnya,” tambahnya.xco