Surabaya, areknews – Asma merupakan jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas. Selain sulit bernapas akibat sesak di rongga dada, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dan batuk. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik itu dimasa balita, hingga usia dewasa, muda atau tua.
European Respiratory Society 2021 menyatakan, asma adalah penyakit tidak menular yang terdapat pada 339 juta populasi di seluruh dunia. Faktor polusi lingkungan, perubahan iklim dengan temperature global yang berfluktuasi, berkontribusi langsung pada kesehatan penderita asma. Data Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa, angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) selama 2013-2018 meningkat sampai 34 persen di Indonesia. Sebagai contoh alergi, diabetes, rematik, depresi, hipertensi, stroke, paru-paru basah, dan asma. Dari sekian banyak kasus Penyakit Tidak Menular yang paling banyak diidap masyarakat adalah asma. Data menunjukkan, 4,5 persen penduduk Indonesia menderita asma. Jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032 penderita.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, Dikatakan Dokter Spesialis dari Siloam Hospitals Surabaya, DR. Dr. Isnin Anang Marhana, Sp.P (K), FCCP, FISR, FAPSR., beberapa hal yang kerap memicu timbulnya asma, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
“Asma merupakan penyakit yang bakatnya memang diturunkan. Bukan hanya bakat asmanya saja tapi bakat alerginya, karena titik pangkal dari penyakit ini adalah hipersensitifitas. Penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui kuman, virus, atau bakteri karena penyakit ini bukan penyakit infeksi,” tutur Isnin Anang Marhana, Rabu (5/5) di Surabaya.
Bertepatan dengan momentum Hari Asma Internasional pada bulan Mei tahun ini, Dokter Isnin Anang Marhana yang berpraktek tetap di Siloam Hospitals Surabaya menuturkan, bahwa penyakit Asma dapat disembuhkan melalui cara dikontrol dengan terapi asma. Lalu bagaimana caranya?
“Istilah disembuhkan dalam penyakit asma dikenal dengan istilah kontrol, dapat terkontrol. Karena target dari terapi asma adalah mencapai status asma yang terkontrol, maksudnya adalah pasien dapat mengontrol gejala asma melalui cara menemukan obat-obatan yang pas untuk bisa mengontrol gejala asma sekaligus mengenali kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hipersensitifitas itu kambuh,” ungkap Isnin Anang Marhana.
Disebutkan Dr. isnin, kondisi-kondisi yang dapat memicu timbulnya sesak dan alergi misalnya saat lingkungan sekitar berhawa dingin, lingkungan yang berdebu, atau makan makanan tertentu yang dapat memicu alergi. Bagaimana memanage asma pada akhirnya menyesuaikan dengan kondisi masing-masing. Pentingnya kontrol teratur ke dokter spesialis paru guna mengetahui terapi apa yang terbaik untuk penderita asma perlu dilakukan.
Agar Terhindar Paparan Virus COVID-19, Penderita Asma Wajib Tahu Hal ini
Virus Corona atau SARS COVID-19 umumnya memiliki gejala kesulitan untuk bernapas. Hal ini patut diwaspadai pula oleh para penderita asma, disebutkan Dokter Spesialis dari Siloam Hospitals Surabaya, DR. Dr. Isnin Anang Marhana, Sp.P (K), FCCP, FISR, FAPSR dimana pada penyakit asma, lokasi penyakitnya adalah di bronkokonstriksi pada saluran nafas, terutama di saluran nafas kecil dengan gejalanya adalah sesak nafas dengan pola yang khas misalkan pada malam hari atau pagi hari. Hal tersebut akan semakin diperberat apabila terpapar virus corona dimana lokasi penyakit adalah di jaringan paru. Akan semakin memperberat gejala sesak napasnya.
“Pada penderita asma, kondisi untuk terpapar virus Corona dan bergejala tentu tetap ada kemungkinannya, namun bila kita sudah menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan melakukan manajemen pengobatan asma yang tepat kita dapat berharap untuk menekan angka kesakitan akibat asma dan Covid-19 ini . Tentu apabila kondisinya ada indikasi rawat inap ya harus dirawat di rumah sakit. Namun apa bila kondisinya ringan dan tidak diperlukan untuk rawat inap maka bisa melakukan isolasi mandiri di rumah,” tuturnya.
“Yang saya sarankan para penderita asma di pandemi ini adalah tetap menjalankan pola hidup sehat, seimbang antara istirahat dan olahraga, pola nutrisinya di jaga, makanan-makanan yang dulunya ada riwayat alergi sementara kurangi atau hindari, obat-obatan yang disarankan oleh dokter jangan lupa dikonsumsi sesuai anjuran dokter, terutama obat-obatan inhaler, karena obat-obatan inhaler selain berfungsi sebagai reliever juga berfungsi sebagai controller, yaitu mengontrol supaya kita tidak mudah terkena serangan asma akut,” pungkas Isnin Anang Marhana.xco