Surabaya, areknews – Jawa Timur memiliki peran penting dan strategis untuk ikut mensukseskan G20. Ada empat kunci di Jawa Timur yakni, sebagai Leading Export, memperkuat Lumbung Pangan Nusantara; mendigitalisasikan seluruh proses ekonomi serta meningkatkan inklusivitas melalui UMKM dan ekonomi syariah serta pariwisata.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, Budi Hanoto, dalam Bincang Bareng Media, Selasa (12/4).
Budi menjelaskan untuk menjadi Leading Export berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Jatim seperti rutin melakukan misi dagang ke berbagai daerah untuk meningkatkan neraca perdagangan. Untuk Lumbung Pangan Nusantara, perlu memperkuat suplai, kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan.
“Digitalisasi seluruh proses ekonomi juga telah dioptimalkan. Dengan 4 kunci strategis tersebut, Jawa Timur tidak ingin G20 hanya lewat begitu saja,” ujarnya.
Indonesia sebagai Presidensi G20, kata Budi, terdapat 3 isu utama pemulihan ekonomi dunia yang menjadi pokok bahasan. Diantaranya, mendorong produktivitas, stabilitas ekonomi dan menginklusifkan perekonomian.
Isu produktivitas didorong, karena setelah pandemi itu produktivitas turun. Kemudian upaya bank sentral meningkatkan stabilitas ekonomi, dan bagaimana memastikan pertumbuhan ekonomi itu bisa sustainable, inklusif dan merata, sejalan dengan jargonnya G20 yakni Recover Together, Recover Stronger.
Menurut Budi, kondisi global saat ini terdapat pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang antara negara maju dengan negara berkembang. Dulu, negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi 6 – 7 persen, tetapi saat ini pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan China sangat tinggi, sebaliknya negara berkembang termasuk Indonesia hanya sekitar 2 – 3 persen akibat dampak pandemi.
Selain itu, terdapat tantangan lain dalam menggenjot percepatan pertumbuhan ekonomi di antaranya AS sedang mengalami inflasi tinggi 6-7 persen yang responnya akan menaikkan suku bunga The Fed bahkan direncanakan naik 7 kali dalam tahun ini.
Faktor lain yang juga menjadi tantangan, kata Budi, yakni perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan krisis energi dan kenaikan harga energi. Kondisi ini akan berdampak pada harga pangan dan masalah energi.
“Mungkin Indonesia impor bahan baku dan berimbas pada cost plus. Dampaknya, juga pada PDB dunia dan inflasi, tapi mudah-mudahan tidak gawat,”ujar Budi.
Menyikapi kondisi tersebut, Bank Indonesia menyiapkan sejumlah strategi untuk menyambut G20 yakni dengan kegiatan-kegiatan yang dirancang tahun ini seperti pra- Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), East Java Economy Forum, program Bangga Buatan Indonesia (BBI), program East Java Invesment, Festival Ekonomi Syariah (Fesyar).
“Dari event-event itu misalnya East Java Economic Forum akan banyak ahli-ahli ekonomi yang akan mengumpulkan jurnal untuk diserahkan kepada Gubernur Khofifah sebagai acuan bagaimana meningkatkan perekonomian Jatim,” pungkasnya.xco