,

Bertemu Perwakilan Netherland Enterprise, Emil Bahas Kemajuan Kerjasama Jatim-Belanda dalam Rancang Strategi Penanganan Sungai

Surabaya, areknews – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak bertemu Netherland Enterprise yang diwakili manager partners for water, Wendele Van der Wiele dan lead partners for water Indonesia Simon Van Meijeren di Gedung Negara Grahadi, Kamis, (4/5).

Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas kemajuan kerjasama antara Jawa Timur dan Belanda dalam merancang strategi penanganan sungai sekaligus mematangkan revitalisasi Sungai Kalimas di Surabaya dan penanganan ekosistem tambak di Sidoarjo.

“Fase satu untuk Welang Rejoso telah menghasilkan solusi nature based untuk mitigasi banjir yang akan dimatangkan desainnya di Fase dua yang sedang berjalan. Sasaran berikutnya adalah penanganan Kalimas Surabaya dan Pesisir Sidoarjo,” tutur Wagub Emil.

Pemprov Jatim sudah menjalin kerjasama terkait sungai dengan Belanda tiga tahun lalu. Memasuki tahun 2023 ada dua kegiatan yang menjadi fokus, pertama penanganan revitalisasi Kalimas di Kota Surabaya sebagai wujud mempertahankan kultur dan budaya.

Output dari kerjasama ini, kata Wagub Emil, mencari komitmen dari pemerintah dan pihak Belanda untuk menata dan mendetailkan kultur heritage di Sungai Kalimas.

“Restorasi Kalimas Surabaya meliputi ruas dermaga, siola, muara, rumah pompa Petekan dengan tetap memperhatikan keseimbangan ruang untuk sungai dan ruang sosial,” kata Wagub Emil.

Sejauh ini, pembahasan revitalisasi Kalimas sudah dilakukan. Terbaru, pada tanggal 31 Januari kemarin, pihak terkait bersama koordinasi tim expert Belanda memasuki tahapan pembahasan hasil FGD Kalimas serta rencana design.

“Tinggal bagaimana huniannya ditata ulang oleh tim dari Belanda,” ujarnya.

Selain revitalisasi Kalimas, pembahasan lain yang menjadi fokus mengenai pengendalian banjir melalui normalisasi sungai untuk mendukung budidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan hasil pengkajian dari tim expert Belanda, menurunnya produktivitas budidaya perikanan akibat degradasi lingkungan. Kedua Lumpur Sidoarjo membuat penurunan muka tanah dan perubahan morfologi sungai. Ketiga, masalah utama kualitas air di tambak yang disebabkan polusi, sampah dan salinitas air.

Lebih lanjut disampaikan Wagub Emil, untuk mendukung revitalisasi budidaya tambak rakyat, disepakati bahwa penerapan dilakukan konsep building with nature pada normalisasi muara sungai dan saluran pembuang.

“Diharapkan dukungan fisik dari mereka membantu kami mewujudkan penataan dan perencaan secara baik,” tutur Emil.

Dari hasil riset tersebut, Wagub Emil mengatakan bahwa tim expert Belanda memberi beberapa solusi diantaranya, mengadakan pelatihan/sekolah lapang tambak untuk petambak/pengelola/pandega melalui metode LEISA dan MOL (limbah hasil fermentasi cair dari sayuran,buah, dan daun) organik untuk memperbaiki kualitas tanah dan air.

Kemudian, menciptakan lahan basah untuk menyimpan air (kolam retensi). Monitor pasang surut dan salinitas di Teluk Permisan dan hulu dari sungai Kepetingan karena pengerukan sedimen dirasa kurang efektif akibat tingginya pasang surut.

“Semua studi dilakukan teman-teman Belanda dan sudah berjalan serta tahap finalisasi. Diharapkan dukungan fisik dari mereka membantu kami mewujudkan penataan dan perencaan secara baik,” tegasnya.

Sementara itu, Manager Partners for Water, Wendele Van der Wiele mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memulai kerja sama tiga tahun lalu dengan Belanda. Cukup banyak pembahasan diantaranya revitalisasi sungai Kalimas di Surabaya dan penanganan tambak di Sidoarjo.

“Kami akan membantu provinsi dalam meningkatkan nilai publik sungai bagi masyarakat yang tinggal di sana,” tuturnya.

Selain itu, dirinya juga membahas hasil studi yang ada di Sidoarjo. Di sana, mereka belajar tentang dinamika pesisir dan kemungkinan akuakultur yang berkelanjutan dan produktif.

Ke depan, proses desain akan berfokus pada mitigasi tantangan di daerah tangkapan air, seperti banjir. Proses tersebut akan melibatkan pemangku kepentingan terkait di hulu, tengah dan hilir mulai dari pembuat kebijakan hingga masyarakat.

“Pelajaran yang didapat dari kerja sama antara Indonesia dan Belanda juga akan dibagikan pada World Water Forum yang diselenggarakan di Bali pada tahun 2024,” tutupnya.met