, ,

BI Jatim Sebut Inflasi Bulan Februari 2024 Naik 0,49 Persen

Surabaya, areknews – Kenaikan inflasi Jatim ini disampaikan oleh Bank Indonesia ( BI ) Provinsi Jawa Timur dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se – Jawa Timur Tahun 2024, Jumat (8/3) di Wyndam Hotel, Surabaya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Erwin Gunawan Hutapea memaparkan, High Level Meeting (HLM) tersebut lebih berfokus terhadap tantangan Inflasi menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri 1445 Hiriyah.

Menurutnya, bulan Februari 2024 inflasi Jawa Timur secara bulanan menunjukan peningkatan, tercatat Inflasi bulanan yakni 0,49 persen. Hal ini meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di Januari. “Secara bulanan kita mengalami deflasi negatif 0,10 persen,” katanya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur juga menyebut angka inflasi di bulan Februari sedikit lebih tinggi dari Inflasi Nasional yang tercatat 0,37 persen secara bulanan.

Mantan Kepala Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat ini menyebut, inflasi tertinggi secara bulanan di Jawa Timur terjadi di Kabupaten Sumenep dengan angka 0,70 persen secara bulanan. Meskipun secara tahunan,masih kata Erwin Gunawan Hutapea,telah tercatat inflasi mencapai 2, 81 persen.

”Sebagaimana yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur bahwa inflasi kita secara tahunan hingga Februari masih dalam rentan sasaran inflasi nasional pada angka 2,5 persen +-1.

Sementara pada peningkatan inflasi di Jawa Timur,lanjut Erwin Gunawan Hutapea, masih didorong oleh kelompok makanan, minuman dan Tembakau. Terutama pada komoditas beras. Erwin menjelaskan, bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik inflasi Jawa Timur secara tahunan di bulan Februari ini meningkat dengan angka 22,41 persen.

“Ini memang sejalan dengan keterbatasan pasokan akibat mundurnya masa panen raya ditengah menipisnya pasokan dari Bulog dan permintaan yang kita amati mulai meningkat sejak Februari 2024,” ujarnya.

Erwin menilai, bahwa fenomena inflasi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri pada tahun 2022 dan 2023 rata – rata tekanan pada inflasi bulanan atau sebulan sebelum Idul Fitri tercatat 0,72 persen.

Sedangkan pada pelaksanaan idul Fitri, Imbuh Erwin, sebesar 0,41 persen secara bulanan. Umumnya, masih menurut Erwin, tekanan inflasi pada momen Hari Besar Keagamaan Nasional (BKBN) juga didorong komoditas makakan, khususnya daging dan telur ayam ras,serta tarif angkutan. Namun secara historis, kata Erwin, komoditas beras tidak pernah menyumbang inflasi. ”Ini karena panennya bergeser, pasokan menipis,dan permintaan meningkat,” tandasnya.

Dia menambahkan, mundurnya masa panen dan majunya HBKN diperkirakan mengganggu terhadap pasokan dan berdampak pada inflasi. Berdasarkan dari Dinas Pertanian,imbuh Erwin,bahwa untuk panen raya beras tersebut bakal diprakirakan mengalami mundur dari awalnya bulan februari – Maret menjadi Maret – April. Kendati secara tahunan,ungkap Erwin, produksi beras dipraakirakan meningkat. “Dari tahun lalu sekitar tujuh ( 7 ) juta ton, namun di tahun 2024 ini diprakiran angkanya sekitar 7,45 juta ton,” pungkasnya.xco