Surabaya, areknews – Elektabilitas Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memang masih tinggi di banding beberapa figur yang digadang maju Pilwali Kota Surabaya 2024. Survei Writerhood The Agent menyebut elektabilitas Eri 32,5 persen.
“Nama Eri Cahyadi elektabilitasnya masih unggul dibandingkan 10 kandidat lain. Angkanya 32,5 persen,” ujar Sekjen Writerhood, Tudji, saat memberikan presentasi hasil survei di Hedon Estate Surabaya, Kamis (18/7/2024).
Lebih lanjut, ada nama musisi tanah air yang juga kader Partai Gerindra, Ahmad Dhani yang membuntiti Eri dengan angka elektabilitas sebesar 10,2 persen. Kemudian mantan pesaing Eri di Pilwali 2020 lalu, Mahfud Arifin dengan elektabilitas 8,5 persen.
Selanjutnya secara berurutan ada Armuji 7,8 persen, Bayu Airlangga 5,7 persen, Fuad Benardi 3,5 persen, Hadi Dediansyah 3,3 persen, Cahyo Haryo 3 persen, Tom Liwafa 2,3 persen, Musyafak 2,3 persen dan Arif Fathoni 1,3 persen. Sisanya, 19,6 persen tidak menjawab atau tidak tahu.
Survei Writerhood dilakukan melalui wawancara tatap muka 1 – 6 Juli 2024 kepada 400 responden yang dipilih secara rambang berjenjang di 31 Kecamatan se-Kota Surabaya. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error kurang lebih 5 persen.
Hasil survei ini pun dibedah dalam diskusi bertajuk ‘Menakar Peluang Millenial Memimpin Surabaya’. Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Mochtar W Oetomo, mengatakan bahwa sosok yang paham dinamika politik nasional dan internasional sebenarnya sudah dirintis di Surabaya melalui pemimpin sebelumnya.
“Namun jangan berpikir Surabaya berjalan seperti biasanya. Karena zaman sudah berjalan cepat dan berkarakter milenial,” ungkapnya.
“Apalagi jika ibu kota Indonesia akan pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur, Surabaya pasti akan menjadi poros dan pintu gerbang menuju IKN. Karenanya butuk disiapkan dengan baik,” katanya menambahkan.
Sementara, Politisi PSI Erick Komala menilai meski tingkat kepuasan terhadap pemimpin Surabaya sudah tinggi millenial butuh pergerakan cepat. Ia menekankan pada pendidikan politik bagi milenial sehingga bisa memilih pemimpin dengan tepat.
“Milenial perlu ruang, dan pengetahuan politik. Mereka butuh sosialisasi sehingga bisa memilih pemimpin yang tepat,” beber Caleg DPRD Jatim terpilih ini.
Menurutnya, kontestasi Pilwali Kota Surabaya hari ini masih sangat dinamis. Erick menyebut kalau semua masih berpeluang. “Tidak menutup kemungkinan ada calon baru yang langsung merangkak ke atas ini bukan soal kepuasan, masyarakat lho” bebernnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota DPRD Jatim dari Fraksi Partai Gerindra, Hadi Dediansyah mengungkapkan, jika Surabaya tidak bisa dikelola satu komponen. Kolaborasi menjadi kunci untuk membangun Surabaya.
“Surabaya ini kota besar yang secara geografis 2045 akan jadi perhatian internasional. Apalagi saat ibukota pindah ke Kaltim. Surabaya akan jadi pintu gerbang dan jadi ransit,” tegas Dedy.
Sehingga, lanjutnya, butuh pemimpin yang cepat dengan sejumlah terobosan hebat untuk memajukan Kota Surabaya. Dedy bilang, banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk bisa dinikmati arek-arek Suroboyo.
Dedy pun menyatakan siap maju di Pilwali Kota Surabaya 2024 jika mendapat rekomendasi partai. “Saya ingin terobosan baru. Jika terpilih dan tidak akan meninggalkan organnya Eri – Armuji. Tapi semuanya masih dinamis,” pungkasnya.xco