, ,

BPBD Jatim Targetkan 40 Destana Baru di 2025, Andalkan Teknologi dan Partisipasi Warga

Surabaya, areknews — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur terus memperkuat strategi pengurangan risiko bencana di wilayahnya melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan pemetaan potensi daerah rawan bencana secara ilmiah dan partisipatif. Tahun ini, sebanyak 40 desa/kelurahan di wilayah rawan bencana di Jatim akan menjadi sasaran program tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, menyampaikan bahwa pada tahun 2025, pihaknya menargetkan terbentuknya 40 Desa Tangguh Bencana baru di seluruh kabupaten/kota sebagai bentuk kesiapsiagaan berbasis masyarakat.

“Penting bagi masyarakat di wilayah rawan bencana untuk memiliki kemampuan mandiri menghadapi dan memulihkan diri dari bencana. Destana bukan sekadar program, tapi gerakan kolektif untuk membangun desa yang lebih tangguh,” ujar Kalaksa BPBD Gatot Soebroto.

Lakukan Pemetaan Risiko Bencara

BPBD Jatim juga tengah melakukan pemetaan risiko bencana menggunakan teknologi terkini seperti Geographic Information System (GIS), citra satelit, dan drone. Pemetaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona bahaya dan menentukan wilayah prioritas intervensi program Destana.

Wilayah yang menjadi fokus antara lain:
1.Zona rawan letusan gunung api (Semeru, Bromo, Ijen)
2.Wilayah rawan banjir dan tanah longsor di selatan dan tengah Jawa Timur
3.Pesisir selatan yang berpotensi terdampak tsunami dan abrasi

“Pemetaan risiko ini penting agar intervensi kebencanaan tepat sasaran. Kami juga menggandeng perguruan tinggi dan lembaga riset seperti BMKG, PVMBG, dan BRIN untuk memperkuat analisis data,” tambahnya.

Program Destana sendiri mencakup pelatihan kader siaga bencana, pembentukan forum PRB desa, simulasi evakuasi, penyusunan rencana kontinjensi, dan integrasi ke dalam dokumen pembangunan desa.

Tak hanya itu, BPBD Jatim juga mendorong penggunaan teknologi seperti aplikasi peringatan dini, dashboard pemantauan berbasis GIS, serta pengembangan radio komunitas siaga bencana.

“Dengan kombinasi pendekatan ilmiah dan partisipatif, kami yakin ketangguhan desa bisa meningkat secara signifikan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama,” tegas Gatot Soebroto.

BPBD Jawa Timur juga membuka ruang kolaborasi dengan sektor swasta, media, dan relawan untuk memperkuat edukasi dan sosialisasi program ini ke masyarakat luas.met

Search