Lumajang, areknews – Linangan air mata Matur Yasin tak terbendung kala menceritakan peristiwa erupsi gunung Semeru, Sabtu, 4 Desember 2021 silam. Terekam jelas dalam benaknya, kala itu ia, istri dan tiga anaknya harus keluar rumah menyelamatkan diri dari terpaan awan panas Semeru, yang menerjang desanya. Musibah itu jelas tak akan hilang dari ingatan Yasin dan keluarganya. Pasalnya. dua hari sebelum erupsi besar terjadi, anak ketiga Yasin dilahirkan.
Saat itu Kamis malam 2 Desember 2021, Ida istri Yasin melahirkan anak ketiganya. Kebahagiaan keluarga kecil itu seakan hilang, karena erupsi Semeru yang meluluhlantakkan desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Bayi Yasin yang masih berumur dua hari itu langsung dibawa lari agar selamat dari terjangan awan panas.
Matur Yasin menuturkan “saya ingat betul erupsi Semeru pada tahun 2021 lalu. Saat itu anak ketiga saya lahir pada hari Kamis (2/12/2001). Kebahagiaan seketika sirna selang dua hari kemudian. Tepat pada hari Sabtu petang (4/12/2021) gemuruh awan panas Semeru mulai menyembur. Sehingga saya dan keluarga harus berlarian menjauh dan menyelamatkan diri menghindari erupsi” pungkasnya.
Pascaerupsi, mau tak mau, Yasin dan keluarganya hidup di pengungsian. Pada masa pandemi Covid-19 itu, ia dan keluarga kecilnya harus bertahan hidup bersama dengan ribuan pengungsi lainnya. Bantuan makanan, tenda serta selimut dari pemerintah serta para dermawan sangat ditunggu, karena berharga untuk melindungi hawa dingin yang menusuk tulang anaknya yang masih bayi.
Bersama Keluarga di Rumah Relokasi
Selang beberapa bulan hidup di tenda pengungsian, Matur Yasin bersama ribuan korban semeru mendapat bantuan hunian tetap dari pemerintah. Bersama para penyintas erupsi Semeru lainnya, ia tak henti mengucap syukur. Meski jarak antara lokasi rumah hunian tetap itu berada belasan kilometer dari lokasi kerjanya, pria yang setiap hari bekerja sebagai penambang pasir itu tak mau mengeluh.
Apalagi, selain rumah hunian tinggal tetap (HUNTAP), pria kelahiran Lumajang ini, juga menerima bantuan berupa hewan ternak, seperti kambing dan sapi. Adanya ternak itu menjadi harapan baru pemasukan ekonomi bagi keluarganya. Sebab tidak mudah untuknya dan keluarga bangkit dari bencana alam Semeru yang memporak-porandakan rumah serta harta bendanya.
Kepala Desa Sumber Mujur, Candi Puro, Lumajang Yayuk Sri Rahayu mengatakan. “Ada sekitar 1951 rumah yang dibangun untuk warga penyintas Semeru. Sementara yang sudah dihuni saat ini ada 1824 rumah atau ditinggali sekitar empat ribuan jiwa”.
Hunian Bumi Semeru Damai ini, dibangun selama empat tahap, mulai tahun 2021 dan warga mulai masuk pada bulan April 2022. Bantuan rumah tinggal ini tidak hanya dari pemerintah Jawa Timur dan pemerintah daerah, juga dari Kementrian Sosial berupa lahan pertanian, dan bibit, toko sembako, cuci motor, dan toko peracangan.
Matur Yasin dan keluarga hanya salah satu dari ribuan para penyintas letusan dahsyat Semeru. Yasin dan para penyintas lainnya kini mulai bangkit dan berjuang kembali merangkai asa yang sempat sirna akibat bencana alam. Dengan modal bantuan rumah serta ternak, Yasin memulai kembali membangun harapan hidup layak bersama keluarga dan para penyintas bencana Semeru lainnya.met