Jakarta, areknews – Perhelatan tahunan International Monetary Fund (IMF) 2018 dan World Bank yang akan diselenggarakan di Bali, Indonesia, pada 2018 mendatang, rencananya akan dihadiri oleh seluruh Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara anggota IMF. Sekitar 20 ribu peserta dipastikan akan berada di Indonesia selama kegiatan berlangsung.
“Perhelatan ini penting karena Indonesia akan menjadi sorotan pejabat negara dan para CEO (Chief Executive Officer). Semua mata akan tertuju kepada kita Indonesia. Makanya, kami juga menyiapkan program Voyage to Indonesia meliputi showcasing Indonesia economy, development, dan diversity,” ujar Peter Jacobs, Kepala Satuan Tugas Pertemuan Tahunan IMF – World Bank 2018, usai memberikan paparan pada Pelatihan Wartawan Daerah BI, di Grand Sahid Jakarta, Selasa, (21/11).
Beberapa topik yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain peringatan 20 tahun krisis di Asia Tenggara yang tepat jatuh pada tahun depan, termasuk memperkuat peran perempuan (women empowerment). Menjadi tuan rumah ini adalah sesuatu yang penting bagi Indonesia. Karena, manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari gelaran tahun ini sangatlah besar. Untuk jangka pendek, Indonesia diperkirakan bisa meraup dana sekitar USD 100 juta acara ini. Karena, hampir 20 ribu peserta diprediksi hadir di acara yang digelar di Bali tersebut.
Kesempatan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan International Monetary Fund Bank Dunia (IMF-WB) dinilai sudah seharusnya dimanfaatkan dengan optimal. Apalagi di tengah momentum perekonomian Indonesia yang cukup baik.
“Tapi yang utama adalah efek jangka panjangnya. Di mana nantinya sesama peserta bisa saling melakukan kerjasama, perdagangan jangka panjang, Sehingga efek jangka panjangnya sangat kita harapkan mengingat yang hadir ini memang mereka-mereka yang sangat berkepentingan untuk peningkatan ekonomi di Negara masing-masing,” terangnya.
Ajang Promosi Potensi Daerah
Ini adalah pertemuan yang terbesar dalam bidang ekonomi dan keuangan di dunia. Indonesia sendiri dipercaya menjadi tuan rumah bukan karena ditunjuk melainkan mendaftarkan diri sejak 2014 lalu. Indonesia menyakinkan bahwa kondisi perekonomian sangat baik sehingga pantas Indonesia dipilih untuk gelaran spektakuler ini pada 2018. Kepastian menjadi tuan rumah itu diperoleh kepastiannya pada 2015 lalu.
“Kenapa kita antusias menjadi tuan rumah. Karena kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia itu bagus, perekonomiannya berkembang maksimal. Kita bisa tunjukkan sisten pembayaran non tunai kita, perkembangan perekonomian syariah kepada dunia. Sehingga dunia bisa menirunya,” jelas Peter.
Selain itu, dampak lain kata Peter dari gelaran ini terhadap Indonesia khususnya Bali adalah peningkatan penerapan tenaga kerja dan bisnis pariwisata. Saat gelaran IMF- WB 2015 di Lima Peru, Negara tersebut mengalami peningkatan bidang bisnis pariwisata sekitar 16,34 persen dan peningkatan lapangan kerja sebesar 6,82 persendari 2015 ke 2016.
“Di Indonesia khususnya Bali seharusnya bisa lebih dari itu. Karenanya kita antusias menggelar acara ini dan kini Bali terus berbenah. Karena kalau ini sukses, Bali dan Indonesia sebagai Negara MICE,”tutur Peter.
Diharapkan, pertemuan besar yang dijadwalkan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo tersebut menjadi magnet besar bagi ekonomi Indonesia. Tak hanya dari sisi pariwisata, melainkan juga memperkenalkan potensi perekonomian nasional kepada pejabat negara anggota IMF dan pelaku usaha.xco