Surabaya, areknews – Munculnya nama Puti Guntur Soekarno dan menempati urutan kedua setelah Whisnu Sakti Buana dalam survei Pemilihan Wali Kota (Pilwali) oleh Surabaya Survey Center (SSC), Rabu (9/1) lalu, kembali diulas. Direktur SSC Mochtar W Oetomo menyebut Pilwali Surabaya 2020 nanti, tidak lepas dari coattail effect (efek ekor jas) dari Pilpres dan Pileg 2019. “Itu artinya, hasil survei SSC ini menunjukkan, Whisnu yang notabenenya juga ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya mulai lebih sering turun menyapa warga untuk mengampanyekan Joko Widodo ( Jokowi)-KH Ma’ruf Amin,” kata Mochtar, Kamis (10/1).
Soal Puti yang namanya bertengger di urutan kedua survei SSC, Mochtar menilai ada korelasi linier karena survei dilakukan bersamaan momentum pileg. “Jadi hampir bisa dipastikan tingginya popularitas dan elektabilitas Mbak Puti disamping karena ingatan publik terhadap pilgub yang masih hangat, juga karena gerakan massif Mbak Puti dan tim dalam kampanye pilegnya,” papar Mochtar. Dengan begitu, kata Mochtar, kemungkinan besar Mbak Puti dalam pencalegannya juga akan mendapatkan elektabilitas yang signifikan.
Sekadar diketahui, hasil survei SSC menyebut bakal calon wali kota Surabaya didominasi oleh kader PDI Perjuangan. Dan Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana memuncaki hasil survei, yaitu 12,1 persen suara; disusul mantan Cawagub Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno di posisi kedua (11,3 persen). Sedangkan Puti yang populer lewat Pilgub Jawa Timur 2018 lalu berpasangan dengan Cagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), juga mulai dikenal di dapilnya, yaitu Dapil I Surabaya-Sidoarjo, yang sekaligus ikut mengkampanyekan Jokowi-Ma’ruf.
Maka, bisa dipastikan, Whisnu akan lebih mudah meraih popularitas dan elektabilitasnya di Pilwali Surabaya 2020, dan Puti yang menjadi Caleg DPR RI lebih mudah mendapat simpati dari masyarakat di Dapil I Jawa Timur. Hasil survei Pilwali Surabaya ini, masih kata Mochtar, juga berkaitan dengan proses Pileg, yang mana para calon tersebut, rata-rata tengah berkompetisi. “Itu kan di tengah masyarakat sering muncul di media. Terus Mas Whisnu masih menjadi Wawali, juga sering muncul di media, ketua DPC (PDIP Surabaya) sekaligus, jadi sangat korelatif sekali gitu,” sambung Mochtar.
Kemudian selain Whisnu dan Puti yang memuncaki hasil survei Pilwali Surabaya versi SSC, calon lain yang juga disebut-sebut layak menjadi Cawali Surabaya di 2020 karena coattail effect Pilpres dan Pileg adalah; politikus asal Partai Golkar Adies Kadir dengan 6,4 persen suara, diikuti politikus PDI Perjuangan yang juga Ketua DPRD Surabaya, Armuji (2,2 persen). Sementara itu, Whisnu Sakti Buana tidak banyak berkomentar soal Pilwali Surabaya. Karena menurutnya, Pilwali Surabaya masih jauh dan belum mengetahui regulasinya seperti apa nanti. “Bicara Pilwali saya tidak bisa bicara banyak karena sampai saat ini saya Alhamdulillah masih wali kota Surabaya,” jawabnya.
Selebihnya, Whisnu lebih banyak bicara soal bagaimana Jokowi-Ma’ruf bisa menang di Pilpres dan PDI Perjuangan mampu memenuhi target perolehan 30 kursi di DPRD Surabaya. Sekadar informasi, survei SSC untuk Pilwali Surabaya ini dilakukan mulai 20 hingga 31 Desember 2018 di 31 kecamatan se-Surabaya dengan menggunakan 1.000 responden melalui teknik stratified multistage random sampling. Margin of error sekitar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.xco