, , ,

OPOP Ikuti Startup Festival 2019, Unusa Hadirkan Lima Inovasi

Surabaya, areknews – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang dipercaya Pemerintah Provinsi Jatim mengelola One Pesantren One Product (OPOP) bersama ITS dan ICSB, ikut hadir dalam Startup Festival 2019. Kegiatan yang menampilkan beragam aktivitas industri kreatif Jatim ini digelar di Grand City, Surabaya, pada 24-27 Oktober 2019.

“Unusa akan hadir atas nama OPOP yang dibangun bersama Pemprov Jatim, ITS dan ICSB. Keempat institusi yang bekerja sama ini tidak pernah berhenti membuat terobosan untuk mengenalkan OPOP sebagai program yang digagas Gubernur Jatim, baik kepada masyarakat luas maupun masyarakat pesantren,” kata Direktur OPOP Training Center, Mohammad Ghofirin S.Pd., M.Pd.

Lebih jauh, Ghofirin memaparkan, OPOP dibangun di atas tiga pilar. Pilar pertama santripreneur dengan aktornya santri. Pilar kedua pesantrenpreneur dengan aktornya adalah koperasi pondok pesantren. Dan, pilar ketiga sociopreneur dengan aktornya para alumni pesantren.

“Melalui kegiatan pameran semacam startup festival ini, OPOP juga ingin mengenalkan produk-produk kalangan pesantren baik itu dari para santri, dari koperasinya atau produk alumninya,” kata Ghofirin yang juga Kepala Humas dan Marketing Unusa.

Menurutnya, mahasiswa Unusa banyak yang alumni pesantren dan biasa disebut mahasantri. Banyak di antara mahasantri yang mampu menciptakan produk-produk inovasi startup. Ghofirin mencontohkan produk bedong mantel atau disingkat bedman. Produk kalkulator kesehatan yang diciptakan Dosen Unusa. Juga produk scale bag, sebuah tas yang bisa mengukur beban. “Dalam gelaran tersebut Unusa akan menampilkan lima produk inovasi hasil karya mahasantri,” katanya.

Keikutsertaan OPOP dalam gelaran startup festival ini diharapkan memberi penyemangat baik bagi Pemprov Jatim maupun institusi yang terlibat untuk terus berkontribusi, terutama pesantren sebagai obyek OPOP.

“Kalau pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga pendukunganya bersemangat, maka pondok pesantrennya juga bersemangat mengembangkan OPOP. Insya Allah harapan menciptakan 1.000 produk unggulan pesantren di 2023 dapat terwujud,” katanya.

Lebih dari itu, lanjut Ghofirin, keikutsertaan produk inovasi mahasantri Unusa dalam pameran akan berdampak kepada Unusa baik internal maupun eksternal.

“Dampak internal, memberi suatu bukti kepada mahasantri Unusa bahwa produk mereka sudah diakui. Pasalnya produk yang diikutkan dalam pameran tersebut sudah melalui seleksi dan bukan produk sembarang. Ini tentunya menjadi legitimasi sekaligus apresiasi terhadap keberadaan produk mereka,” katanya.

Sebagai universitas yang kurikulumnya berbasis wirausaha, Unusa mempuyai program mahasiswa wirausaha atau disingkat PMW. Melalui program PMW, mahasiswa Unusa diberi keterampilan berwirausaha melalui seleksi ide bisnis yang layak diberi modal awal berbisnis. Mahasiswa harus mampu mengembalikan pinjaman modal dalam jangka waktu tertentu.

“Hasilnya program ini sukses. Mahasiswa bisa menjalankan bisnisnya dan mengembalikan modal pinjmannya sesuai kesepakatan. Kesuksesan ini akan diterapkan di OPOP dengan label Program Santri Wirausaha atau PSW, karena sasarannya adalah santri. Sampai akhir tahun, OPOP menargetkan 150 produk pesantren yang akan diberi pendampingan hingga menjadi produk unggulan,” kata Ghofirin.

OPOP juga akan meneruskan program SMK Mini yang sudah dirintis sejak 2014. Program SMK Mini merupakan program penguatan berupa pelatihan dan pengadaan barang penunjang praktik siswa santri.

“Ada sekitar 100 SMK Mini yang akan disiapkan. Rencananya SMK Mini di pesantren akan disinergikan dengan program OPOP lainnya,” pungkas Ghofirin.xco