Surabaya, areknews – Program One Pesantren One Product (OPOP) yang merupakan satu ikhtiar untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren sesuai dengan Nawa Bhakti Satya Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa terus menggeliat.
Program untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis pondok pesantren melalui pemberdayaan santri preneur, pesantren preneur dan sosio preneur oleh alumni pondok pesantren ini, juga diharapan mampu mendongkrak ekonomi Jatim ditengah pandemi Covid-19 sehingga pesantren mampu berdaya untuk mewujudkan masyarakat sejahtera.
Langkah untuk mewujudkan hal ini dilakukan berbagai kegiatan diantaranya, penyerahan Mockup secara simbolis kerjasama antara Bank Jatim Syariah dengan OPOP Training Center (OTC) UNUSA terkait pengembangan aplikasi untuk kopontren di Jawa Timur.
Acara yang di gelar di Auditorium kampus Unusa ini, disaksikan langsung oleh Wakil Rektor 2 Unusa, Kepala Dinas Koperasi dan UKM serta Direktur Bank Jatim, Senin (5/4).
Sekretaris OPOP Jatim, M.Ghofirin mengatakan, program OPOP terbuka untuk semua pondok pesantren di Jawa Timur. Namun, Pemprov Jatim mensyaratkan pesantren yang menerima program telah terdaftar di Kementerian Agama dengan memiliki Nomor Stratistik Pondok Pesantren (NSPP).
Dalam kegiatan ini juga dilakukan penyerahan Mockup Kartu Santri dari Bank Jatim Syariah kepada Pondok Pesantren Anwarul Huda (Kolaborasi Bank Jatim Syariah dan OTC UNUSA untuk Kartu Santri Digital).
Selanjutnya, penandatanganan PKS antara Bank Jatim Syariah dengan PT. Sidogiri Pandu Utama terkait layanan virtual account Bank Jatim pada aplikasi E-Maal.
Serta penandatanganan PKS antara Bank Jatim Syariah dengan PT. TKI terkait penggunaan layanan virtual account Bank Jatim pada aplikasi Digital Bisnis.
Sementara itu, Wakil Rektor II Unusa Ir. Muhammad Faqih, M.SA., Ph.D mengapresiasi program OPOP Jatim yang terus memberikan pemberdayaan secara nyata kepada pesantren di Jawa Timur.
“Yang paling utama adalah bagaimana menjadikan semua pesantren di Jatim ini bisa mandiri secara ekonomi melalui pemberdayaan, pemberian bantuan dan pembinaan yang berkelanjutan,” katanya.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, pondok pesantren Baitus Surur terus berinovasi. Usaha Lele Baitus Surur berangsur mulai pulih ditengah pandemi Covid-19.
Pondok pesantren yang terletak di desa Banjaragung kabupaten Mojokerto ini, sudah tiga tahun melakukan budidaya lele sebagai ikhtiar perekonomian pesantren.
Uniknya hasil ternak lele ini malah dijadikan sebagai abon. Meski wabah Covid-19 membuat usahanya mengalami penurunan, namun tetap optimis untuk bangkit.
Choirul Wahyudi, pengasuh ponpes menjelaskan, dirinya memiliki trik dalam perawatan hingga panen lele. Sehingga, daging yang dihasilkan mampu memiliki kualitas yang baik.xco